Semut Hitam di Rambut Yura
Oleh: Sri Bandiyah
“Aaaaaaa!” Yura kesakitan. Dia pegang kepalanya yang terasa senut-senut. Lalu tiba-tiba saja tangannya digerayangi semut hitam. Beberapa malah menggigitnya.
Yura segera berlari, lalu jatuh karena menubruk pintu. Dia bangun, kembali berlari. Ember di depan kamar mandi ditendangnya tanpa sengaja. Bunyi klontang dari ember yang menabrak tembok membahana.
“Aaaaaa!” Yura merasakan gigitan di kepalanya lagi.
Yura menahan sakit, dia terus berlari dan langsung masuk ke kamar mandi, menyalakan keran air dan mengguyur rambutnya.
“Haaaahhhh.”
Yura merasakan kepalanya sedikit dingin karena guyuran air keran. Dia menjangkau botol sampo di dekat keran dan menuangnya ke rambut lalu menggosoknya dengan kuat.
Gosok, gosok, gosok. Guyur, guyur, guyur. Itulah yang dilakukan Yura di kamar mandi. Berulang kali menuang sampo ke rambut, menggosoknya, lalu mengguyurnya dengan air. Napasnya gelagapan karena siraman air dari keran, tapi itu lebih baik daripada gigitan semut hitam di kepalanya.
***
Yuni Ratna namanya, tapi dia memikirkan panggilan bergaya agar terlihat lebih keren. Maka, dia pun mengambil kata depan dari namanya Yu dari Yuni, Ra dari Ratna. Yura, itulah nama panggilannya sekarang. Nama yang akan dia pakai saat berkenalan di sekolah baru. Besok lusa, Yura resmi masuk ke sekolah baru. Oya, Yura pindah sekolah karena ayahnya pindah tugas. Di sekolahnya yang lama, dia dipanggil Yuni.
“Yura! Ah, itu nama yang bagus sekali,” ucapnya sembari menyisir rambut di cermin.
Tapi, ups! Sisirnya tersangkut di rambut. Yura menarik sisirnya, pelan-pelan. Pelan-pelan, pelan-pelan. Sisir bergerak turun, tapi kemudian tersangkut lagi di rambut keritingnya. Aw! Yura menarik paksa sisir dan beberapa rambut patah terperangkap di sisirnya.
Hiks! Yura sedih dengan rambut keritingnya. Menyebalkan bagi Yura karena rambutnya susah disisir dan susah ditata dengan macam-macam gaya. Selama ini, Yura hanya punya satu gaya rambut yaitu kucir satu. Padahal, Yura ingin seperti teman lain yang rambutnya bisa dikucir dua, digerai dengan bando bunga, atau dikucir tengah dengan sisa rambut bagian bawah.
Hari itu, Yura menonton televisi dan melihat iklan gel lidah buaya yang bisa membuat rambut menjadi lurus. Yura sangat penasaran dan ingin mencobanya. Kebetulan di pot depan rumah ada tanaman lidah buaya. Aha! Yura berlari keluar untuk memetik lidah buaya.
“Lidah buaya dikerok, ambil lendirnya.” Yura berbicara sendiri sambil mempraktikkan apa yang dikatakannya. Lendir itu pun diletakkan di mangkuk.
“Campur gel lidah buaya dengan susu murni.”
Yura meninggalkan mangkuk berisi lendir lidah buaya, lalu berjalan ke kulkas dan membukanya. “Susu murni, mana susu murni?”
Yura menemukan susu kaleng kental manis. “Apakah ini susu murni?” Yura berpikir sejenak lalu memutuskan untuk memakainya. Ah, sama saja. Kan sama-sama susu. Begitu pikir Yura.
“Nah, sudah.” Yura mencampur gel lidah buaya dengan susu lalu mengaduknya hingga rata.
“Aha! Gel untuk meluruskan rambut sudah jadi.” Mata Yura berbinar, dia membawa ramuan gelnya ke kamar.
Sampai di kamar, Yura menutup pintu. Dia sudah tidak sabar untuk mempraktikkan tips dari iklan di TV. Diletakkannya ramuan gel di meja belajar, lalu mengambil ramuan itu dengan tangan. Slrurup … slurupp … Yura mengoles rambutnya dengan gel buatannya.
“Huuuuhhh … rasanya sejuk.” Yura tersenyum-senyum saat merasakan rambutnya dioles gel. “Aku akan menunggu satu jam, lalu mencucinya dengan sampo.”
Yura membersihkan tangan dengan tisu lalu meletakkan gel buatannya yang masih tersisa di atas meja belajar. Sembari menunggu waktu keramas, Yura memutuskan agar membaca buku saja. Dia pun mengambil buku cerita dan membacanya. Satu menit, dua menit, tiga menit, sepuluh menit, Yura masih asik membaca. Lima belas menit, dua puluh menit, Yura menguap. Hoaaammm … dia melirik jam dinding, tapi waktu untuk berkeramas masih lama. Kulit kepalanya sedikit terasa gatal, tapi Yura menahannya. Demi rambut lurus, dia rela menahan rasa tidak nyaman.
Tik, tok, tik, tok. Jarum jam masih berputar, Yura sudah berkali-kali menguap. Akhirnya, tanpa sadar Yura menyenderkan kepala dengan rambut lengket di atas meja belajar, bertumpu pada tangannya. Beberapa saat berlalu ….
“Aaaaa!” Yura menjerit karena gigitan semut di kepalanya.
***
Yura berangkat sekolah. Impiannya untuk memiliki rambut lurus kandas karena semut mengerubungi kepala dan tangannya. Bukannya mendapat rambut impiannya, Yura malah mendapat bentol-bentol di kepala dan tangan.
“Hai, namaku Yuni Ratna. Kalian bisa memanggilku Yuni.”
Yura mengenalkan diri di depan kelas. Tapi dia malu mengenalkan diri dengan nama Yura karena rambutnya masih keriting.
“Salam perkenalan.” Yura, eh, Yuni menyudahi sesi perkenalannya di depan kelas.
“Salam kenal Yuni.” Teman-teman baru di kelas menyambutnya dengan hangat.
Yura yang kini meminta dipanggil Yuni tersenyum dan berjalan ke depan mencari bangku kosong.
“Yun, duduk sini.” Seorang siswi berkucir dua melambai padanya.
Yura alias Yuni berjalan ke arahnya dan duduk di samping teman barunya itu.
“Namaku Siwi.”
“Aku Yuni.”
“Aku suka rambut keritingmu, sangat unik.”
Yura tersenyum, ah ternyata ada juga yang menyukai rambut keritingnya.
