Rahasia Keberhasilan Koko
Oleh: Sri Bandiyah
Cetak cetok, cetak cetok! Suara pulpen yang dimainkan oleh Koko terdengar nyaring. Tentu saja suaranya jelas karena kelas sudah sepi. Teman-teman Koko sudah pulang tiga puluh menit yang lalu. Sedangkan Koko masih duduk memandangi kertas soal. Dia masih belum bisa mengerjakan soal itu.
“Koko,” panggil Pak Guru.
Koko menoleh dengan takut.
“Setiap pagi, kamu bawakan Pak Guru air minum.”
Koko mendengarkan dengan sopan.
“Siangnya, kamu bantu Pak Guru membawa buku ke kantor.”
Koko menebak ini hukuman karena dia tidak bisa mengerjakan soal.
“Apa Koko mau?” tanya Pak Guru.
Koko mengangguk walaupun terpaksa.
“Sebagai balasan, Pak Guru akan mengajarimu sepulang sekolah."
Koko terkejut. Apakah Pak Guru sedang bercanda?
“Itu adil bukan?” tanya Pak Guru lagi. “Koko membantu Pak Guru dan Pak Guru membantu Koko.”
Koko sadar kalau ucapan Pak Guru serius.
***
Sudah seminggu Koko membantu Pak Guru. Sudah seminggu pula Pak Guru mengajari Koko setelah pulang sekolah. Hari ini, Koko belajar matematika. Materinya tentang keliling bangun datar.
“Disebut keliling berarti Koko harus jalan mengelilingi bangunan itu.” Pak Guru menjelaskan. “Kalau berjalan keliling, artinya yang dihitung garis luarnya.”
Koko diam mendengarkan.
“Menghitung keliling harus menambahkan semua garis yang di luar.” Pak Guru berhenti sejenak sambil memandang Koko. “Jadi keliling persegi ya semua garis di luar ditambahkan.”
Koko manggut-manggut, “Jadi semua garis ditambahkan?”
“Betul.” Pak Guru tersenyum. “Dan karena garis pergi panjangnya sama, maka bisa dikalikan. Garisnya kan ada 4. Jadi tinggal dikalikan saja panjangnya berapa kali 4.”
Koko juga tersenyum. Dia sudah paham.
Pak Guru memberikan soal tentang keliling. Koko menerima soal lalu mengerjakannya. Lima soal dari Pak Guru sudah dikerjakan. Koko memberikan kertas jawaban kepada Pak Guru.
“Coba Pak Guru periksa,” ucap Pak Guru sambil memberi nilai.
Koko mengunggu dengan jantung berdebar-debar.
“Wah, hebat!” Pak Guru memberikan kertas jawaban pada Koko.
Koko menerima kertas jawaban. Wajahnya ceria, matanya berbinar melihat nilai 100.
“Koko sudah pintar sekarang,” ucap Pak Guru.
“Terima kasih Pak Guru.” Koko tersenyum sambil menangis. Dia tidak menyangka bisa cepat memahami pelajaran.
“Pasti Allah yang membuka hati dan pikiran Koko,” kata pak Guru.
“Tapi Pak Guru yang mengajari.”
“Kamu tahu Koko mengapa Allah membuka hati dan pikiranmu?” Pak Guru bertanya.
Koko menggeleng.
“Koko kan sudah membantu Pak Guru dengan ikhlas.” Pak Guru tersenyum. “Sebab itu, hati dan pikiran Koko menjadi bersih. Hati yang bersih membuat pelajaran cepat masuk.
“Apa ini disebut rahasia keberhasilan?” tanya Koko.
“Emm … mungkin benar.” Pak Guru tertawa mengelus kepala Koko.
