Laras memeriksa timer di meja praktik. “Masih sisa satu menit, Dir,” katanya sambil menatap kukusan ketela yang mulai terlihat empuk. Dira mengaduk saus kari di wajan, aroma rempah memenuhi ruangan. “Sausnya udah pas, nggak terlalu kental kayak kemarin,” ujarnya lega.
Hari itu, mereka berdua tengah mempersiapkan diri untuk lomba masak antarjurusan di sekolah. Tema lombanya adalah inovasi pangn lokal. Laras dan Dira memutuskan membuat ketela tumbuk saus kari, menu sederhana tapi khas Indonesia.
“Bu Rani pasti suka kalau tampilannya bersih,” kata Laras sambil menata piring putih besar di atas meja.
“Tenang, aku udah goreng daun kari buat hiasan. Biar keren dikit,” jawab Dira sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, Bu Rani datang memeriksa hasil latihan mereka. “Kalian berdua makin kompak ya. Ketelanya lembut,” puji beliau. “Tapi nanti saat lomba, jangan lupa semua peserta pakai kompor gas, jadi atur panasnya biar saus nggak gosong.”
“Siap, Bu!” sahut mereka serempak.
Keesokan harinya, suasana aula sekolah ramai oleh aroma masakan. Api biru dari kompor gas menyala serentak di setiap meja. Laras dan Dira bekerja cepat. Ketela dikukus, lalu ditumbuk sampai halus. Dira menuang saus kari yang baru matang ke dalam mangkuk, lalu mengaduknya pelan agar tidak pecah.
“Ras, coba cicipin!”
Laras mengambil sendok kecil, lalu mengangguk puas. “Pas banget! Rempahnya seimbang, nggak pedas berlebihan.”
Waktu terus berjalan. Panitia mengingatkan bahwa tinggal sepuluh menit lagi. Laras mulai menata ketela tumbuk di piring saji, membentuknya seperti bulatan kecil. Di atasnya, Dira menuangkan saus kari perlahan hingga membentuk pola spiral. Beberapa lembar daun kari goreng ia taruh di atasnya sebagai hiasan akhir.
“Cakep banget!” seru salah satu teman yang melintas. Laras hanya tertawa kecil. “Mudah-mudahan rasanya juga secakep tampilannya.”
Saat juri datang berkeliling, jantung mereka berdua berdebar. Salah satu juri mencicipi dengan tenang, lalu berkata, “Menarik. Menggunakan ketela sebagai pengganti nasi itu ide cerdas. Teksturnya lembut, sausnya harum, dan daun kari gorengnya memberi kesan renyah.”
Laras dan Dira saling pandang, merasa lega. Setelah semua tim dinilai, pengumuman pun dimulai.
“Juara pertama Lomba Inovasi Pangan Lokal SMK Pelangi tahun ini adalah… Tim Laras dan Dira!”
Keduanya saling berpelukan sambil tertawa. “Kita menang, Dir!” seru Laras gembira.
“Padahal cuma ketela, ya,” kata Dira terharu. “Tapi ternyata yang sederhana bisa jadi juara.”
Bu Rani mendekat sambil menepuk bahu mereka. “Itulah seni memasak, Nak. Bukan tentang bahan yang mahal, tapi tentang rasa, makna, dan kerja sama.”
Laras menatap sisa daun kari goreng di piringnya. “Si kecil ini ternyata bikin kita belajar banyak ya, Dir. Kalau hal kecil saja bisa jadi istimewa, apalagi kalau kita sungguh-sungguh.”
Mereka bertiga tertawa bersama. Di dapur yang masih dipenuhi aroma kari, Laras tahu satu hal pasti—semangat dan kreativitas akan selalu jadi resep utama dalam setiap masakan.
- Tamat -
