(Seri Go Green Generation) Kejadian di Hutan Terlarang - Part 1
Oleh: Tethy Ezokanzo
3G adalah singkatan dari Go Green Generation. Merupakan sekumpulan anak yang cinta lingkungan. Dibentuk oleh Gery, Gita dan Gito yang kebetulan bersahabat sejak kelas satu SD. Mereka mempunyai hobi yang sama yaitu membuat kerajinan tangan. Inilah yang membuat persahabatan mereka semakin dekat. Karena sering memanfaatkan barang bekas, mereka jadi lebih peduli pada lingkungan.
“Besok, libuuur!” teriak Gito girang.
“Memang kenapa kalau libur, To?” tanya Gita mesam-mesem.
“Ya, asik saja tidak usah sekolah, bisa main setiap hari,” jawab Gito.
Gita tertawa, “Paling dua hari juga bosan di rumah terus.”
Gito garuk-garuk kepala memikirkan pernyataan Gita. Ya, betul juga, liburan akan membosankan. Seperti liburan yang lalu, mereka hanya di rumah terus. Ayah Ibu sibuk sih, liburan sekolah tidak bersamaan dengan liburan kantor. Jadilah mereka tak bisa jalan-jalan ke luar kota.
“Huu… sekali-kali kita liburan, kemanaaa gitu yang jauh, misalnya mudik,” kata Gito.
“Haha, nenek, kakek, paman, sepupu, semuaaa keluarga kita di Jakarta. Mana ada mudik,” sangkal Gita.
Gito menepuk-nepuk dahinya. Tiba-tiba ia terbersit ide.
“Aha, kita numpang Gery saja liburannya. Nenek Gery kan di desa,” kata Gito.
Gito langsung melesat mengambil telepon. Ia menanyakan rencana liburan Gery. Setahunya hampir setiap liburan Gery ke rumah neneknya.
“Ya, kamu boleh ikut. Tapi awas mabok ya, rumah nenekku jauh di kaki gunung Papandayan,” kata Gery.
Gito dan Gita gembira. Akhirnya liburan kali ini akan meriah. Mereka akan ikut Gery ke rumah neneknya. 3G menikmati perjalanan jauh dengan riang. Jalanan yang macet tak jadi soal bagi mereka. Apalagi ketika sampai di rumah nenek Gery, hilang sudah lelah melihat pemandangan hijau membentang.
“Huaa… segar sekali di sini!” pekik Gito.
Gito berlarian di halaman rumah nenek Gery yang luas. Gita terkagum-kagum melihat banyak pohon, juga ayam, itik, kambing, sapi berkeliaran. Di Jakarta mana ada selain di kebun binatang.
Sedangkan Gery langsung menyerbu dapur. Masakan nenek yang paling dirindukannya.
“Hei, tidak ajak temanmu makan?” tegur Nenek Gery.
Gery menjawab dengan mulut penuh kue, “Biarin, mereka lagi kenalan dulu sama ayam. Pertama kali tuh Gito lihat ayam hidup.”
Benar saja, Gita dan Gito sedang mengejar-ngejar ayam. Lalu foto-fotoan bersama hewan-hewan jinak itu.
“Kita masukan ke facebook,” kata Gito.
“Hihi apa kerennya sih foto dengan ayam?” tanya Gery sambil menenteng toples berisi kue.
“Nanti deh, kita foto-foto bareng rusa atau monyet,” kata Gery.
Gito dan Gita terperanjat, “Ada rusa dan monyet?”
Gery mengangguk, “Yup. Hutan di sana masih alami, masih ada hewan-hewan liar,” tunjuk Gery ke arah hutan.
Hutan itu berada tak jauh dari rumah nenek Gery. Dari sini terlihat jelas gumpalan hijau pohon-pohonnya. Gita dan Gito jadi penasaran ingin kesana. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali 3G sudah bersiap menuju hutan. Mereka tak mau menunda-nunda, mumpung liburan masih panjang, saatnya berpetualang.
“Tapi awas, jangan masuk ke hutan larangan. Pak Kades sudah memagarnya agar tak ada yang masuk,” nasehat Nenek.
“Memangnya ada apa di sana?” tanya Gery.
“Hush, jangan tanya-tanya. Kata pak Kades berbahaya, ada mahluknya!” jawab Nene k Gery tegas.
Gito senyam-senyum, Gita menyikut Gito. “Hei, malah penasaran, ya?”
“Sttt..,” Gito mengacungkan jari di bibirnya.
Mereka sampai di perbatasan desa. Ada hutan kecil sebelum hutan larangan. Katanya orang-orang hanya boleh masuk ke hutan kecil saja, sedangkan hutan larangan dipagar bambu dan ditandai peringatan “dilarang masuk”.
“Ada apa ya di balik sana?” Gito tampak sangat penasaran.
Nantikan episode berikutnya untuk melihat kelanjutan cerita!