(Seri Acer) Tonggak Sejarah Dunia - Part 1
Oleh: Tethy Ezokanzo
Episode 1 dari 30
Awal Petulangan
Sudah cukup kan perkenalan dengan aku, Acer si anak Cerdas? Hehe... juga tentang tempatku tinggal kota Stomata Politan dan Pulau Daun Ungu. Nanti akan kuceritakan lagi tentang tempat-tempat seru di Pulau Daun Ungu. Sekarang, aku sudah tak sabar ingin bercerita tentang petualangan pertamaku!
Saat itu tengah malam. Dingin. Sedari sore hujan turun dengan deras. Petir menyambar menyisakan suara menggelegar memecah sunyi. Mencekam.
Aku tak bisa tidur. Sedang berpikir keras. Bukan.. aku bukan pemikir hebat. Aku tidak sedang bepikir sebuah penemuan. Ya, aku hanya memikirkan bagaimana caranya bisa pergi ke dapur dengan aman. Hanya itu. Aku takut. Tapi perutku keroncongan.
Ah, daripada tak bisa tidur, kuberanikan diri saja merayap turun, mencari makanan di dapur. Baru saja tanganku menggapai roti di meja, tiba-tiba....
Sebuah cahaya berpijar dari halaman belakang rumah tetanggaku, Professor Will. Aku membeku beberapa detik. Tapi rasa penasaran menarikku untuk menarik engkol pintu dapur. Seolah terhipnotis aku berjalan... berjalan... dan terus berjalan keluar rumah. Melintasi halaman belakang rumahku menuju rumah Professor Will.
Cahaya kuning, merah, hijau yang berkelip-kelip disana seolah memanggilku. Dan tiba-tiba cahaya itu telah melingkupi. Wuss.. aku tersedot. Aku tersedot dalam pusaran cahaya!
Hendak kemanakah aku?
Kumparan cahaya itu akhirnya berhenti. Aku menarik nafas dalam-dalam. Pandanganku masih kunang-kunang. Mungkin kesadaranku tidak akan juga pulih kalau saja tidak ada suara cempreng yang mengelegar di telingaku, “Aceeer!” ya, itu suara profesor Will.
“Kenapa kamu ada disini?” tanyanya kaget.
“Dimana aku?” aku malah balik bertanya. Ah, rupanya sudah siang. Apakah aku melakukan perjalanan dalam cahaya selama semalaman?
Tapi hei, mana kebun belakang? Mana pohon mawar? Yang ada di depanku sekarang adalah lapangan rumput yang luas daaaan..... kera raksasa!
Aku hendak menjerit, tapi tangan Professor Will mendekapku. Aku diseret ke balik semak.
“Itu manusia purba,” bisiknya.
“Hah?” Aku hanya terngaga.
Oh, rupanya aku terseret ke Jaman Purba! Kumparan cahaya yang kulihat tadi malam adalah mesin waktu ciptaan Professor Will. Ugh, tanpa sengaja aku jadi ikut petualangan menembus waktu. Aku tak menyesal walaupun tak jadi makan roti, karena ini benar-benar seru!
Kami melihat langsung kehidupan manusia purba. Tahukah kalian apa itu manusia purba?
Siapakah Manusia Purba?
“Ih jelek dan seram!” teriakku.
Profesor Will tertawa, “Eits jangan salah, dia itu manusia purba paling ganteng. Itu Homo habilis atau manusia terampil, yakni manusia purba yang mampu membuat dan menggunakan alat. Bentuknya hampir menyerupai manusia modern. Homo habilis memakan daging dan membuat alat untuk melepas daging dari tulang.”
Aku melotot, “Ada yang lebih jelek?”
Profesor Will mengangguk dan mulai menceritakan tentang bermacam manusia purba.
Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup sekitar 4 juta tahun yang lalu. Disebut juga manusia prasejarah (prehistoric people) karena hidup sebelum adanya tulisan sehingga sejarahnya pun masih berupa dugaan-dugaan karena tidak ada catatan tentangnya.
Satu-satunya cara untuk mengetahui keberadaannya adalah melalui fosil-fosil yang ditemukan. Fosil tersebut berupa rangka tulang manusia purba dan bekas peninggalan mereka berupa perkakas, bangunan dan senjata.
Part 2 akan segera hadir...
Nantikan episode berikutnya untuk melihat kelanjutan cerita!