Rara, balita ceria berusia tiga tahun, suka berlari-lari di halaman rumah sambil mengejar kupu-kupu. Suatu pagi, ia tersandung batu kecil dan jatuh. Lututnya lecet, darah sedikit keluar, dan tangisnya pecah seperti hujan pertama. Ia menolak disentuh, takut lukanya akan semakin sakit. Ibu datang dengan pelukan hangat dan sebuah plester bergambar bintang.
“Ini bukan plester biasa,” bisik Ibu.
“Ini plester ajaib. Ia suka menyembuhkan luka sambil mendengarkan cerita.”
Rara, masih terisak, penasaran. Ibu mulai bercerita tentang anak-anak pemberani yang pernah memakai plester itu dan bagaimana mereka bangkit, tersenyum, lalu bermain lagi.
Saat plester ditempelkan, Rara merasa hangat di lututnya. Ia membayangkan bintang kecil di plester berbisik, “Kamu hebat, Rara. Luka kecil ini akan sembuh, dan kamu akan berlari lagi.” Perlahan, tangisnya reda. Senyum pun muncul, kecil tapi penuh harapan.
Besoknya, Rara kembali berlari. Kali ini, ia jatuh lagi tapi hanya tertawa. Karena ia tahu, keberanian bukan berarti tak pernah jatuh, tapi selalu mau bangkit... dengan senyum.