Ayu adalah seorang anak perempuan kecil yang tinggal di desa di kaki gunung, tempat semua orang memuja kesempurnaan: rambut lurus, kulit cerah, suara lembut. Tapi Ayu berbeda. Rambutnya keriting seperti awan badai, kulitnya legam seperti tanah sawah, dan tawanya keras seperti petir. Ia sering merasa tidak cocok, apalagi saat teman-temannya mulai bercermin dan membandingkan diri.
Suatu hari, Ayu menemukan sebuah cermin tua di gudang neneknya. Tapi cermin itu aneh setiap kali Ayu bercermin, bayangannya berubah menjadi orang lain: lebih putih, lebih tenang, lebih “ideal.” Cermin itu berkata, “Beginilah seharusnya kamu terlihat.” Ayu pun mulai mencoba berubah, meniru gaya bicara, cara berpakaian, bahkan menahan tawanya.
Namun, semakin ia mengikuti bayangan cermin, semakin ia kehilangan warna dirinya. Hingga suatu malam, saat hujan deras dan listrik padam, Ayu melihat bayangannya di genangan air sawah. Di sana, ia melihat dirinya yang asli berani, ceria, dan penuh cahaya. Ia pun kembali ke cermin dan berkata, “Aku tidak ingin jadi bayangan. Aku ingin jadi Ayu.”
Cermin itu retak… lalu berubah. Kini, ia memantulkan Ayu yang sebenarnya dengan segala keunikan dan kekuatannya. Sejak saat itu, Ayu menjadi inspirasi di desanya, mengajarkan bahwa keindahan bukanlah keseragaman, melainkan keberanian untuk menjadi diri sendiri.