Dalam sambutannya saat menutup Lokakarya Penulisan Bahan Bacaan Literasi pada tanggal 28 Agustus 2025 di hotel Grand Mercure Harmoni Jakarta, Kepala Bidang Peningkatan dan Penguatan Literasi, Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Bahasa, Kemendikdasmen, Hidayat Widiyanto, menyentl soal esensi kegiatan lokakarya tersebut.
Menurutnya, tujuan dikumpulkannya para penulis terpilih GLN tahun 2025 dari seluruh Indonesia adalah untuk bersama-sama berproses dalam menghasilkan bahan bacaan yang dapat menjadi bagian dari proses tumbuh kembang anak-anak Indonesia. Bahan bacaan yang dimaksud kiranya dapat membuat anak-anak merasa bahagia dan tercerahkan.
“Sebetulnya tujuan kita selama di sini hanya satu, yaitu membahagiakan anak-anak kita. Kita punya tujuan yang sama, bagaimana cara anak-anak kita merayakan kesenangan, mereka betul-betul bisa memaknai kemerdekaan mereka, kesenangan mereka, melalui cara yang mencerahkan, dan salah satunya melalui tangan kakak-kakak semua. Oleh karena itu kami memberikan apresiasi yang luar biasa kepada kakak-kakak semua, para penulis semua, yang mencurahkan pikiran, dedikasi, waktu,” ujarnya.
Tidak hanya membuat anak-anak merasa bahagia dan tercerahkan, menurut Hidayat Widiyanto, bahan bacaan yang dihasilkan para penulis juga dapat menjadi wadah penguatan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan visi-misi pemerintah khususnya Kemendikdasmen sebagai rumah besar Badan Bahasa.
“Bapak/ibu menulis di Kemendikdasmen tentu ada misi, ada visi, yang harus dibangun melalui karya bapak/ibu untuk membentuk karakter anak-anak. Tentu tidak harus secara eksplisit tetapi kami tahu bagaimana bapak/ibu mengolah itu agar misi dari Kemendikdasmen yakni menguatkan pendidikan karakter melalui tulisan bapak/ibu, itu bisa sampai, dan anak-anak mendapatkan kesenangan melalui cara-cara yang mencerahkan melalui tulisan bapak/ibu,” jelasnya.
Poin pokok yang saya catat dari sambutan Hidayat Widiyanto di atas mengingatkan saya pada apa yang pernah saya baca dalam buku Panduan Literasi Sekolah: Pengembangan Literasi Sekolah dan Budi Pekerti yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Badan Bahasa, Kemendikbud tahun 2015. Buku panduan tersebut dikeluarkan menyusul terbitnya Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, yang antara lain mengatur tentang gerakan literasi sekolah.
Di dalam buku tersebut diuraikan bahwa untuk tahap awal pelaksanaan literasi di sekolah, siswa disarankan untuk membaca berbagai cerita atau dongeng, yang dipilih karena sifatnya sebagai karya sastra yang menghibur dan mendidik. Fungsi karya sastra untuk menghibur diharapkan dapat memotivasi siswa untuk gemar membaca, dan fungsi mendidik diharapkan dapat membantu mencapai tujuan literasi, yakni tumbuhnya budi pekerti. Ketika siswa sudah mempunyai kemampuan literasi yang tinggi tentu dapat diarahkan untuk membaca berbagai jenis teks lain yang mereka suka, yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah.
Dua hal di atas – pokok sambutan Hidayat Widiyanto dan uraian dalam buku Panduan Literasi Sekolah, rasanya semakin menguatkan saya untuk meyakini bahwa bahan bacaan yang dihadirkan para penulis terpilih GLN melalui Badan Bahasa adalah bagian penting dari pembangunan bangsa, setidaknya dalam bidang literasi. Bagaimana membekali generasi masa depan Indonesia dengan berbagai wawasan yang mumpuni melalui buku-buku yang menarik, menyenangkan, menggugah, berkualitas, dan mengandung nilai-nilai karakter. Buku-buku yang dapat membahagiakan anak-anak, dan dapat membentuk karakter mereka.
Bukankah dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter, Gemar Membaca (Memiliki kebiasaan membaca berbagai bacaan yang memberikan manfaat) merupakan salah satu nilai karakter yang disebutkan? Bukankah Gemar Belajar (Untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis) merupakan salah satu unsur dalam Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan oleh Kemendikdasmen pada Jumat, 27 Desember 2024?
Badan Bahasa bersama para penulis terpilih GLN telah berupaya semaksimal mungkin untuk menghadirkan bahan bacaan yang dapat membahagiakan dan membentuk karakter anak-anak Indonesia. Saatnya semua pihak bergandengan tangan untuk mengenalkan buku-buku tersebut kepada anak-anak, mendampingi mereka dalam menumbuhkan kecintaan pada membaca dan menulis sejak usia dini. Niscaya, anak-anak Indonesia akan benar-benar bahagia dan berkarakter.