Di lautan hangat Teluk Bogam, Kalimantan Tengah, hiduplah seekor dugong bernama Gora. Tubuhnya besar, gerakannya lamban, dan yang paling disukai Gora adalah tidur di antara padang lamun sambil mengunyah rumput laut dengan santai.
“Ah, hidup itu dinikmati,” ucapnya saat diajak berenang pagi-pagi oleh teman-temannya.
Suatu hari, laut yang dulu damai mulai berubah. Padang lamun menguning dan mati. Air menjadi hangat dan terasa aneh. Teman-teman Gora mulai resah.
“Ini akibat pemanasan global,” bisik sang pemimpin kawanan. “Dan… pemburu juga semakin banyak. Kita harus pergi dari sini.” Kata Gora yakin.
Sejak saat itu, semua dugong bersiap untuk bermigrasi ke tempat baru. Mereka berenang di malam hari, melewati arus dan karang, membawa harapan akan kehidupan yang lebih baik. Semua, kecuali Gora.
Baru saja berenang beberapa meter, Gora sudah kelelahan. Tubuhnya yang gemuk dan kebiasaannya bermalas-malasan membuatnya tertinggal jauh.
Saat ia berusaha menyusul, suara mencekam terdengar, "swiiishh!"
Jaring pemburu mengembang di dalam air, menjebak siapa saja yang lambat. Gora panik. Ia berputar, menukik, menyelam masuk ke celah karang. Napasnya tersengal, jantungnya berdebar. Untung ia lolos kali ini.
Saat sendirian di dasar laut yang sepi, Gora merenung. “Aku tertinggal di sini… karena aku malas. Kalau aku tidak berubah, aku bisa mati…”
Mulai saat itu, Gora bertekad berubah. Setiap pagi, ia berenang memutari batu-batu karang, meski awalnya ngos-ngosan, tapi ia tetap berjuang. Setiap sore, ia makan lebih sedikit dan memilih rumput laut yang bergizi tinggi. Ia berhenti makan, saat perutnya mulai terasa kenyang.
Hari demi hari, tubuh Gora mulai menyusut. Dari 400 kilogram, kini jadi 350 kilogram. Geraknya terasa ringan. Siripnya lebih lincah dan napasnya ketika berenang lebih kuat dari sebelumnya.
Gora merasa sehat karena gula darahnya stabil. Itu karena dia mengkonsumsi rumput laut yang mengandung nitrogen tinggi dan serat rendah.
***
Suatu pagi, seekor penyu berteriak, “Gora! Teman-temanmu akan bermigrasi lagi. Mereka mendengar ada pulau yang aman dari pemburu, dan padang lamunnya subur. Lokasinya di perairan sekitar Gosong Baras Basah Kabupaten kota Waringin Barat.”
“Benarkah? Aku akan ikut migrasi ke sana.” Tanpa pikir panjang, Gora mengayunkan siripnya dan mulai berenang dengan penuh semangat.
Ia melewati arus dingin, dasar laut dalam, dan pulau-pulau sunyi. Lelah? Ya, tapi ia terus maju. “Satu sirip... dua sirip... aku pasti bisa,” gumamnya.
Setelah lama berenang, akhirnya, di kejauhan ia melihat hamparan lamun hijau dan segar. Di sana teman-temannya menunggu. “Hai, Gora!” seru mereka. “Selamat, ya. Kau berhasil!” Gora tersenyum. Untuk pertama kalinya, ia merasa senang karena telah usahanya membuahkan hasil.
Sejak saat itu, Gora menjadi dugong yang paling rajin berenang. Ia bahkan, mengajak anak-anak dugong kecil untuk belajar berenang dan menjaga tubuh agar sehat karena Gora tahu, bertahan hidup bukan soal siapa yang paling besar, tapi siapa yang mau berubah dan terus bergerak maju untuk hari esok yang lebih baik.
***