Di sebuah kompleks perumahan, hiduplah tiga sahabat yang selalu bersama: Ahsani si ketua, Budi si optimis, dan Umar si ceroboh.
Suatu sore, mereka bertiga menemukan sebuah brosur iklan. Tertulis di sana: "Donat Cokelat Super Lezat: Hanya Tersisa 5 Buah Hari Ini!"
"Wow! Kita harus dapatkan donat itu!" seru Ahsani penuh semangat.
"Tapi kita tidak punya uang," kata Budi sedih.
Ahsani, yang selalu punya ide, berbisik, "Kita punya tabungan rahasia untuk beli bola baru! Ayo kita gunakan dulu, nanti kita ganti!"
"Setuju!" seru Budi dan Umar.
Ahsani mengeluarkan tabungan mereka dan berkata dengan nada serius, "Dengar! Uang ini adalah uang bola. Setelah kita makan donat, kita harus janji hari ini juga kita akan bekerja membersihkan taman kakek dan mendapatkan upah untuk mengganti uang ini!"
"JANJI!" teriak Budi dan Umar, sambil mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.
Mereka pun membeli donat itu. Rasanya luar biasa! Mereka memakannya sampai belepotan cokelat.
Setelah donat habis, matahari mulai naik.
"Ayo, teman-teman! Sebelum panas terik, kita ke taman kakek sekarang!" ajak Ahsani, si pemegang janji.
Umar tiba-tiba meringis. "Aduh, Ahsani! Aku tidak bisa! Perutku sakit mendadak. Kayaknya aku keracunan cokelat!"
Budi menimpali, "Iya, Ahsani! Aku juga mendadak teringat kalau aku harus memberi makan ikan peliharaanku!"
Ahsani menatap kedua temannya yang berbohong dengan sangat buruk. Ia tahu, mereka hanya malas dan ingin melanggar janji mereka.
"Ingat janji kita tadi? Melanggar janji itu seperti menipu diri sendiri!" tegur Ahsani. "Dalam Islam, janji itu utang!"
Umar dan Budi hanya pura-pura tuli. Mereka lalu berlari pulang secepat kilat.
Ahsani ditinggalkan sendirian. Ia menghela napas, merasa kecewa. Ia memutuskan untuk tetap pergi ke taman kakek sendirian, untuk menepati janji bagiannya.
Sementara itu, Umar dan Budi sedang duduk santai di teras rumah Budi, menikmati kemalasan mereka.
"Hahaha! Berhasil! Janji itu kan bisa ditunda!" kata Umar sambil tertawa puas.
"Betul! Ahsani terlalu serius!" timpal Budi.
Tiba-tiba, dari atas langit, terdengar suara aneh. "PLOP! PLOP!"
Umar dan Budi menoleh ke atas. Ternyata, burung-burung yang bertengger di kabel listrik di atas mereka, secara massal, sedang buang air besar!
PLOP! PLOP! JIPRAT!
Umar dan Budi langsung tertimpa kotoran burung dari kepala sampai kaki! Wajah mereka belepotan, dan pakaian mereka kotor.
"Iiiih! Jorok sekali!" teriak Budi.
"Aku kena banyak! Ini pasti pembalasan instan karena kita bohong soal janji!" Umar mulai panik.
Ibu Budi keluar dan melihat mereka berdua. "Kalian ini kenapa? Jorok sekali! Cepat masuk, mandi! Dan jangan lupa, kalian harus cuci baju kalian sendiri!"
Umar dan Budi saling pandang. Mereka tahu mereka harus mandi, dan yang lebih parah, mencuci baju mereka yang terkena "hukuman" burung itu. Semua ini jauh lebih melelahkan daripada membersihkan taman kakek!
Mereka pun berlari ke taman kakek, basah dan bau, mencari Ahsani.
"Ahsani! Maafkan kami! Kami janji akan membersihkan taman ini sampai bersih! Kami janji akan menepati janji kami!" seru Umar dan Budi.
Ahsani, yang baru saja selesai menyiram, tertawa terbahak-bahak melihat kondisi teman-temannya.
"Nah, begitu dong! Allah tidak suka janji yang dilanggar, apalagi yang disertai kebohongan. Sekarang, mari kita ganti uang bola kita!" kata Ahsani.
Umar dan Budi pun belajar, janji itu harus ditepati. Dan kadang, balasan atas janji palsu bisa datang dalam bentuk kotoran burung. Mereka tidak pernah lagi berani melanggar janji setelah itu.
Postingan untuk #jumathangat
