Di sudut itu, anggrek tumbuh pelan.
Tak setiap hari ia disiram, tak setiap pagi disapa.
Namun ia tetap mekar—diam, sabar, dan anggun.
Bunga mawar di taman sering dipuji,
sementara anggrek hanya ditemani debu.
Suatu hari, mawar layu karena panas.
Dan seseorang baru menoleh ke sudut itu.
“Indah sekali... sejak kapan kau mekar?”
Anggrek tersenyum lembut.
“Sejak aku tak lagi menunggu dilihat.”
— Tamat —
