Putri dari kerajaan Aryapati terkenal sangat cantik. Namun sayang, sang putri yang bernama Putri Rara tersebut sangat pemilih makanan. Hal itu membuatnya terlihat semakin kurus dari hari ke hari. Putri Rara kurang menyukai buah-buahan dan sayuran. Putri Rara hanya menyukai buah apel dan brokoli. Tentu saja hal ini membuat Sang Raja khawatir melihat kondisi putrinya. Koki terkenal di seluruh penjuru negeri sudah diminta menjadi koki istana. Namun, tetap saja Putri Rara tidak suka makan. Baginya makan adalah pekerjaan yang melelahkan.
Suatu hari nenek Putri Rara datang dari kerajaan sebelah. Beliau membawa banyak sekali buah-buahan. Pelayan istana segera meletakkan buah-buahan itu ke dalam keranjang dan menghidangkannya untuk Putri Rara.
"Jangan sampai tidak dimakan ya Nak," pinta nenek Putri Rara. Putri Rara hanya mengulum senyum sambil mengambil buah apel dan mengigitnya sedikit demi sedikit sampai nenek Putri Rara berpamitan.
Setelah menghabiskan satu buah apel, Putri Rara merasa sudah sangat kenyang dan tidak berminat untuk memakan apa-apa lagi. Dia langsung beranjak ke tempat tidur dan terlelap. Selama Putri Rara terlelap terdengar bisik-bisik antar sesama buah di dalam keranjang.
"Memang aku ini buah elit nan mahal. Pantas sajalah Putri Rara mengambilku. Memang cocok untuk bangsawan," gumam Adel si apel dengan sangat bangga.
"Meskipun Putri Rara belum mengambilku, tapi aku yakin orang tuanya pasti sangat suka denganku," sahut Angga si Anggur.
Kemudian seorang pelayan istana masuk ke dalam kamar Putri Rara. Dia mengambil beberapa buah jeruk. Tak berapa lama kemudian dia kembali dengan membawa segelas jus jeruk dan meletakkannya di meja kamar Putri Rara.
"Hohoho lihatlah meskipun Putri Rara tidak nenyukaiku dalam bentuk buah, tapi Putri Rara menyukaiku dalam bentuk es jeruk," ujar Jeje si jeruk sambil terkekeh.
Berbeda dengan teman-temannya yang ceria, Yayang si pisang terlihat murung. Belum ada seorang pun di istana itu yang mengambilnya. Sepertinya Raja dan Ratu pun juga kurang menyukai pisang. Mereka lebih sering terlihat memakan apel atau anggur.
Beberapa hari kemudian, satu per satu buah di dalam keranjang sudah terambil. Hanya Yayang yang masih setia menghuni keranjang. Dia sedih sekali apalagi ketika melihat kulitnya yang sudah mulai kecoklatan. Dia tidak mau membusuk sia-sia dan berakhir di tempat sampah.
"Kenapa ya nasibku seperti ini Njang?" keluh Yayang kepada keranjang.
"Sabar Yayang. Di luar sana, pisang sepertimu banyak kok yang mencari. Hanya saja di istana ini, Sang Putri pemilih makanan," hibur keranjang.
"Andaikan ada cara lain agar Sang Putri mau menikmati buah pisang ya..."
Kemudian Yayang teringat dengan perkataan Jeje si jeruk. Sang putri tidak suka jeruk tapi koki istana berhasil menyulapnya menjadi es jeruk yang menyegarkan. Yayang berdoa agar ada koki atau pelayan istana yang menemukannya tengah sekarat ini.
"Hmm pisang ini udah kematangan," tiba-tiba seorang pelayan istana menemukan Yayang. Dia sangat senang ketika pelayan istana mengambilnya dari keranjang. Tidak lupa Yayang juga melambaikan salam perpisahan kepada keranjang.
Namun, tunggu dulu, pelayan istana membawa Yayang ke sebuah tempat sampah. Yayang berteriak dalam hati. Memohon agar pelayan istana tidak membuangnya. Tangan pelayan istana kini sudah berada tepat di atas tong sampah.
"Hei jangan dibuang!" teriak seseorang, "Aku mau pisang ini. Masih bisa dibuat bolu. Putri Rara pasti akan suka."
Yayang menghela nafas lega. Kini ia berada aman di tangan koki istana. Yayang melihat sekeliling dapur. Banyak sekali peralatan dan bahan-bahan. Mata Yayang berbinar menikmati setiap proses pembuatan bolu. Dia tidak sabar ingin bertemu Sang Putri.
Ting! Oven berbunyi pertanda bolu sudah matang. Koki dengan hati-hati mengambil loyang bolu. Koki dengan sangat telaten menaburkan meses coklat di atas bolu pisang. Yayang sangat senang, dia merasa sangat cantik sekarang. Setelah dirasa siap, koki segera membawakan bolu pisang ke meja makan istana. Di sana sudah ada Putri Rara yang asyik mengaduk-aduk makanannya.
"Hmm aroma apa ini? Wangi sekaliii!" seru Putri Rara. Matanya berbinar melihat koki membawa sebuah bolu berwarna coklat dengan hiasan meses di atasnya.
"Aku mau bolu itu. Bolehkah?" tanya Putri Rara kepada si koki.
"Tentu Tuan Putri. Bolu ini khusus untuk Putri Rara. Bolu pisang," jelas si koki.
"Ini terbuat dari pisang? Waah aku tidak menyangka. Hmm enak!" Putri Rara langsung melahap bolu pisang. Kini Yayang tidak lagi bersedih hati. Yayang sadar, dia bukan tidak berharga, melainkan hanya belum dimanfaatkan secara tepat.