Kisah Persahabatan Batu Besar Kerikil dan Pasir
Dongeng dari Indonesia
Diceritakan oleh: Dina Wardani
Pada jaman dahulu, di sebuah percabangan aliran sungai di gunung, terdapat Batu Besar, Kerikil dan Pasir. Mereka tinggal di sungai kecil yang jernih, cabang dari sungai Besar dari Hulu.
Meskipun hidup berdampingan di sungai yang sama, namun mereka saling bermusuhan. Batu Besar, Kerikil dan Pasir saling menyombongkan diri.
Batu Besar sangat bangga dengan badannya yang besar dan kuat. Batu Besar mampu menghalangi jalan dan membuat para binatang harus memutarinya jika sedang lewat.
Sedangkan Kerikil sangat membanggakan bentuknya yang bermacam macam dan sangat banyak. Hewan lain sering menggunakannya untuk bermain lempar-lemparan. Karena jumlahnya banyak Kerikil merasa lebih kuat.
Pasir juga sangat sombong karena disukai oleh semua Binatang. Badannya yang halus dan lembut sering dipakai para binatang untuk alas tidur atau beristirahat.
“Akulah yang paling hebat dan kuat” kata Batu Besar.
“Lihat, aku bahkan bisa menghalangi air Sungai ini” Batu Besar menyombongkan diri.
Byurr...
Batu Besar menceburkan diri ke Sungai. Badannya yang besar menghalangi air Sungai. Namun ternyata air masih bisa mengalir melewatinya melalui celah-celahnya yang lebar.
“hahaha, hai Batu Besar, kamu tidak cukup hebat ternyata” Kerikil menertawakan Batu Besar.
Batu Besar malu karena tidak mampu menghalangi air Sungai.
“Minggirlah Batu Besar, lihatlah aku Kerikil yang akan menghalangi Sungai ini” kata Kerikil dengan sombong.
Byurr...
Kerikil menceburkan diri ke Sungai. Kerikil yang banyak segera membendung aliran Sungai. Namun derasnya air Sungai membuat Kerikil tak mampu bertahan lama.
Lama-kelamaan Kerikil tergerus aliran air Sungai dan gagal membendung Sungai.
“Hem, kaupun tak lebih kuat dari Batu Besar hai Kerikil” ejek Pasir.
Pasir menertawakan Kerikil yang juga tak mampu membendung Sungai.
“Lihatlah aku, Pasir yang akan membendung Sungai” seru Pasir dengan sangat percaya diri.
Byurr...
Pasir masuk kedalam Sungai. Pasir yang jumlahnya banyak berhasil menghalangi aliran Sungai. Tetapi tidak lama kemudian badannya yang lembut tergerus dan hanyut oleh aliran Sungai.
Melihat itu, Batu Besar dan Kerikil akhirnya menertawakan Pasir yang juga tak mampu membendung Sungai.
Ternyata mereka bertiga tak ada yang mampu membendung Sungai. Mereka tak lagi saling ejek, namun mereka belum bisa hidup rukun.
Pada suatu hari, terdengar kabar bahwa hulu Sungai sedang banjir. Air banjir sangat kotor dan banyak lumpur. Para ikan sudah sangat khawatir tentang berita ini.
Mereka takut akan hanyut dan rumah mereka akan rusak. Batu Besar, Kerikil dan Pasir juga khawatir akan keselamatan para ikan di Sungai kecil.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang keras dari arah hulu Sungai. Para ikan sudah menyelam ke lubang lubang bawah air yang tersembunyi.
Akhirnya air banjir semakin mendekat. Suara gemuruh air dan lumpur terdengar sangat menakutkan.
Melihat keadaan itu, Batu Besar tidak tinggal diam. Dia melompat ke dalam air dan berusaha membendung air banjir agar tidak mengalir ke Sungai kecil mereka.
Namun lagi-lagi air banjir mampu menerobos di sela-sela badan Batu Besar. Kerikil tergerak untuk membantu Batu Besar.
Sela-sela badan Batu Besar segera diisi oleh Kerikil yang berbagai bentuk dan ukuran, sehingga menutup dan tidak lagi terlalu deras mengalir. Namun air banjir masih merembes melewati celah Kerikil dan memasuki Sungai kecil. Air banjir yang keruh terlihat mulai mengalir ke Sungai kecil.
“Hai Pasir, jangan hanya berdiam diri disitu, cepat bantu kami” seru Kerikil.
“Iya Pasir, lihat air masih merembes memasuki Sungai kecil, hanya kamu yang bisa melakukannya, cepatlah” teriak Batu Besar dengan tidak sabar.
Pasir tersadar dan bergegas masuk ke dalam Sungai dan bergabung bersama Batu Besar dan Kerikil. Pasir menempati celah celah kecil di antara Kerikil dan menutupinya.
Tindakan Pasir ini membuat bendungan yang dibuat Batu Besar dan Kerikil menjadi semakin kuat dan tidak mampu ditembus oleh air banjir yang kotor. Hingga beberapa lama waktu berlalu, akhirnya banjir dari hulu tidak lagi mengalir dan aliran air sungai kembali tenang dan jernih.
Batu Besar, Kerikil dan Pasir mengucap syukur dan merasa lega. Akhirnya Sungai kecil dapat diselamatkan dari terjangan banjir.
Ikan-ikan mulai berenang keluar dari persembunyiannya. Mereka sangat senang karena akhirnya banjir tidak melalui Sungai kecil mereka. Ikan-ikan mengucapkan terimakasih kepada Batu Besar.
“Terimakasih Batu Besar, kalau tidak ada kamu maka Sungai kecil ini akan rusak terkena banjir”.
Batu Besar jadi salah tingkah dan malu.
“Jangan hanya berterima kasih padaku Ikan. Berterimakasihlah kepada Kerikil dan Pasir juga karena dia yang membantuku menutupi celah-celah ku”.
Batu Besar tak lagi sombong.
“Ah aku juga tidak akan mampu melakukannya tanpa bantuan Pasir yang juga mengisi celah-celah kecilku” sambut Kerikil dengan rendah hati.
“Aku juga hanya menutupi celah kecil saja, sedangkan yang besar sudah ditutupi oleh Batu Besar dan Kerikil” sambung Pasir dengan lapang dada.
Batu Besar, Kerikil dan Pasir akhirnya menyadari, meskipun mereka berbeda-beda, namun mereka adalah ahli di bidangnya masing-masing. Mereka tidak akan kuat jika bekerja sendiri-sendiri.
Namun jika mereka bersatu, mereka dapat menjadi sangat tangguh dan kuat. Sejak saat itu mereka menjadi tahu kelebihan masing masing dan tidak lagi saling mengejek dan merendahkan.
Mereka sekarang bekerjasama menjaga keindahan dan keamanan Sungai kecil dari banjir yang datang tiba-tiba. Para ikan sangat senang karena Batu Besar, Kerikil dan Pasir sekarang bersatu. Kehidupan di Sungai kecil menjadi damai dan bahagia.
— Selesai —
