"Haduh. ribut sekali! Aku jadi terganggu bekerja," keluh Kerbau yang sedang membajak sawah.
"Kraaak... kraaak..." Terdengar suara Burung Jalak di atas pohon dekat sawah.
"Hei, Jalak, pelankan suaramu!" teriak Kerbau sambil sesekali menggaruk badan.
"Kenapa harus pelan? Aku ini sedang menyanyi menghiburmu," ujar Burung Jalak.
"Apa? Kamu menyanyi?"
"Iya. Aku menyanyi lagu indah untukmu agar tidak bosan bekerja. Kemarin aku belajar menyanyi pada Burung Gagak."
Mendengar cerita Burung Jalak, Kerbau tertawa terpingkal-pingkal.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Jalak heran.
"Ha ha ha... jadi dari tadi kamu menyanyi?" tanya Kerbau.
"Iya," jawab Jalak bangga.
"Ha ha ha... Suaramu sekali tidak merdu. Lebih baik kamu berguru pada Burung Kutilang, supaya suaramu merdu," usul Kerbau.
Jalak kesal mendengar ucapan Kerbau.
"Kerbau, memangnya kamu tidak senang mendengarkan nyanyianku?"
Kerbau menggeleng cepat sambil menggaruk badan, lalu tertawa lagi.
"Tetapi, kamu tadi menari ketika aku menyanyi!" kata jalak heran.
"Aku tidak menari. Sejak tadi, aku menggaruk badanku yang gatal!"
Mendengar ucapan Kerbau, giliran Jalak yang tertawa.
"kamu tidak pernah mandi, sih! Pantas saja badanmu bau dan gatal!" celetuk Jalak.
Kini giliran Kerbau yang jengkel. Mereka bertengkar dan saling meledek. Jalak jadi kesal dan mematuk punggung Kerbau. Kerbau tadinya hendak marah, tetapi tidak jadi.
Aneh. Ketika punggungnya dipatuk Jalak, Kerbau malah merasa digaruk.
"Wah, enaknya! Ternyata banyak makanan di sini," gumam Jalak. Ia juga tampak gembira setelah mematuk punggung Kerbau.
"Apa kamu bilang?" tanya Kerbau.
"Aku sedang memakan kutu di punggungmu. Nyam... nyam...," jawab jalak.
"Pantas saja rasa gatalku berkurang. Makanlah kutu-kutu itu sampai habis!" Kerbau tertawa senang.
Akhirnya, karena merasa saling diuntungkan, mereka pun bersahabat. Kerbau kini bisa bekerja tanpa menggaruk-garuk badan. Jalak pun bisa kenyang karena mendapat makanan dari punggung Kerbau.
*Cerita pernah dimuat di Bobo no 53


