Tiga bulan kemudian, We Datu Sengngeng pun hamil. Namun badannya lemas dan pucat. Batara Lattuq jadi khawatir. Rupanya We Datu Sengngeng mengidam, tapi bila ia ungkapkan, ia takut orang-orang menuduhnya, seorang yatim tanpa singgasana, beraninya meminta-minta. Batara Lattuq meyakinkan kalau We Datu Sengngeng ratunya satu-satunya di Ale Luwuq. Apapun yang ia minta, akan Batara Lattuq kabulkan.
Batara Lattuq meminta saudaranya, La Pangoriseng untuk mengatur pencarian pencarian barang-barang yang We Datu Sengngeng idamkan.
We Datu Sengngeng meminta berbagai jenis buah, seperti mangga, jambu, langsat, durian, jeruk dan sentul. Bunga-bungaan, bunga eccawa, tanri, dan tanaman seperti alakkang jawa, ketapang jawa.
Untuk tiap buah dan bunga yang diingini, La Pangoriseng mengutus burung khusus . Misal, untuk mencari mangga sukeni yang manis dan harum yang tumbuh di Marangkabo (minangkabau) diutuslah burung Alobiraja dari Majapahit. Bunga Tanri yang tumbuh di Dunia Atas ditugaskan kepada burung Bekaq Maluku.
We Datu Sengngeng juga mengidam hewan-hewan aneh, misal rusa jantan penakut bertanduk keris, berkalung emas, dan berbulu sutra dari Dunia Atas, ini ditugasi kepada burung elang karena dia kuat dan terpercaya.
We Datu Sengngeng juga mengidam berbagai jenis lauk pauk, termasuk ikan perak bersirip keris dari Dunia Bawah, juga hati nyamuk dan limpa ngengat. Tugas ini dilaksanakan oleh burung merpati.
Semua harus disajikan tepat waktu ke istana, Setelah bertugas, La Pangoriseng menyuruh burung-burung itu mandi di pancuran di tengah istana dan makan di pohon2 sekitar pancuran itu. Sementara itu, Batara Lattuq sendiri yang mengiriskan buah-buahan itu lalu menyuapkan kepada We Datu Sengngeng.
Namun suatu hari, We Datu Sengngeng kembali tak bersemangat. Kembali Batara Lattuq membujuk agar We Datu Sengngeng mengungkapkan keinginannya. We Datu Sengngeng bilang, ia ingin buah-buahan dari Dunia BAwah, ia ingin melihat nelayan lalu lalang di bawah istana, menangkap ikan besar dan ikan raksasa, yang bersirip emas, bergigi keris, dan berekor kelewang, sekali kibas ekornya, tujuh petir membahana di bumi. Ia juga ingin pedagang jawa melabuhkan kapalnya di depan istana, berdagang dengan penduduk negeri.
We Nyiliq Timoq pun segera berdiri, ia kenakan baju kebesarannya, yang ia kenakan saat datang ke Luwuq. Ia berdoa kepada Peretiwi, mengadukan permintaan menantunya. Ratu dunia bawah yang mendengar doa itu terkejut, lalu mendiskusikannya kepada Raja.
Lalu diutuslah para penguasa samudera untuk membawa buah-buahan yang diidamkan, tak satupun terlupa. Lalu penguasa samudera memerintahkan agar danau meluap, airnya semerbak, di dalamnya ada ikan-ikan besar dan berkilau yang diinginkan We Datu Sengngeng. Kapal-kapal dari dunia bawah terus berdatangan, membawa kantung emas yang menjelma menjadi telaga yang meluap di sana dan disini. Juga banyak sekali harta sebagai hadiah bagi We Datu Sengngeng.
Seluruh rakyat bersukacita. Nelayan-nelayan dan para pedagang sekitar mendapat untung besar. Berlabuh pulalah kapal-kapal dari Jawa , Maloku, Kelling, Tarananti dan berbagai tempat. Semua berebut ingin berdagang di bawah istana manurung (Istana yang dibangun oleh kerajaan langit)
We Datu Sengngeng sangat bahagia hatinya melihat istana luwuq kini sangat ramai dan meriah. Perhelatan itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Namun, setelah itu pasang terus naik. Luwuq mulai dilanda banjir. Rakyat protes, pedagang-pedagang ketakutan dan ijin pamit. Batara Lattuq bertanya pada We Datu Sengngeng, apa sudah cukup? We Datu Sengngeng mengangguk tersenyum.
Maka dipanjatkan doa pada peretiwi, lalu terhisap semua air. Ikan-ikan yang menggelepar menjadi pesta bagi rakyat Luwuq. Sekarsn tenanglah hati We Datu Sengngeng. Saat melahirkan pun tiba, We Datu Sengngeng tampak semakin cantik. Perutnya sudah berkilat
Tapi lagi-lagi, proses kelahiran itu sangat sulit. Ratusan kerbau dikorbankan, upacara bissu diadakan, juga peperangan. Namun, si kembar belum mau keluar,
Rupanya, disarankan perang yang lebih besar hingga darah tertumpah, barulah lahir si kembar lelaki, Sawerigading. Ia terlahir tanpa tali pusat, dan sudah mengenakan pakaian perang. Yang mati hidup kembali,
Karena kembar perempuan belum lahir, maka diselenggarakan kembali peperangan. Namun walau darah sudah tertumpah, ia tak mau bergerak. Maka ada petunjuk bahwa si anak hanya minta upacara bissu dan peralatan bissu, maka Batara Lattuq memohon agar peralatan bissu diturunkan dari langit. Maka barulah lahir si kembar yang perempuan, diberi nama We Tenriabeng.
***
“Ah, La Galigo, apa bisa dua anak kembar tak bertemu?” La Sulolipu ragu.
La Galigo mengangkat bahu, “Kenyataannya begitu. Mereka tak bertemu sampai dewasa, saat Ayahandaku patah hati!” I La Galigo terkekeh.
“Patah hati? Ayahandamu yang tampannya terkenal se Dunia Tengah itu bisa patah hati? siapa yang menolak cintanya?” La Sulolipu tak bisa menahan rasa penasarannya.
“Hai, kamu dengarlah lanjutan cerita saya dulu. Tapi saya bosan duduk terus. Mari kita bercerita sambil berenang di telaga!”
“Ayo, kita balapan dulu sampai ke ujung sana!” tantang La Pananrang. Mereka pun berlomba dan saling menarik demi jadi pemenang.


