Zizi dan Para Buku
Oleh: [Sury Hulwa]
16/8/2025
***
“Hei, kenapa kalian berserakan di sini?” tanya Pak Ribu.
Buku-buku yang sedang berserakan dalam lemari melihat ke atas. Terlihat wajah sangar Pak Ribu dengan mata melototnya. Para buku seketika menunduk, kecuali Bubu si majalah anak.
“Pak Ribu, kami juga tak mau berserakan di dalam sini. Ini kerjaan anak-anak yang tadi membaca di taman baca ini.”
“Benar, Pak Ribu apa yang dibilang Bubu.
Pak Ribu menarik napas panjang dan mengembuskan berulang kali.
“Ah, kenapa anak-anak itu suka sekali membuat buku-buku berserakan dan tidak mau merapikan lagi,” gerutu Pak Ribu.
“Tenang, Pak Ribu. Sebentar lagi pasti ada malaikat kecil yang datang untuk merapikan kami.” Bubu coba menenangkan lemari kayu berwarna cokelat yang menaunginya.
“Siapa?” tanya Pak Ribu penasaran.
Belum sempat Bubu menjawab, Kiki si ensiklopedi lebih dulu berseru. “Lihat! Itu malaikat kecil kita datang! Dia pasti mau merapikan kita.”
“Oh, jadi malaikat yang kalian maksud itu Zizi?” Pak Ribu balik bertanya.
“Iya,” jawab Bubu dan Kiki kompak.
Zizi semakin dekat ke arah mereka. Mendadak semua buku terlihat normal. Zizi mulai merapikan buku satu persatu. Ditatanya dengan rapi buku-buku itu. Dia juga mengelap badan Pak Ribu agar debu yang menempel di badannya dan buku yang ada di dalamnya pergi.
Setelah selesai membersihkan badan Pak Ribu dan merapikan buku, Zizi mengambil sebuah buku cerita bergambar dengan sampul seekor ikan hiu dan ikan remora di laut. Namun, bukannya membaca buku itu, Zizi malah berlari ke kamar.
Tidak berapa lama, Zizi kembali sambil menggandeng mamanya. Ternyata Zizi meminta mamanya untuk membacakan buku yang tadi diambilnya.
Zizi tidak hanya meminta mamanya membaca satu buku saja. Dia juga mengambil Bubu dan Kiki untuk dibacakan. Setelah selesai, Zizi mengembalikan buku-buku yang tadi diambilnya ke lemari dan meletakkannya dengan rapi.
“Pak Ribu, kenapa gadis kecil itu harus meminta bantuan mamanya membacakan buku?” tanya Buga si buku bergambar penasaran.
Pak Ribu tersenyum dan menjawab, “Kalian tidak tahu kalau Zizi tidak bisa membaca?”
Semua buku menatap heran ke arah Pak Ribu. Tatapan para buku menunjukkan bahwa mereka tidak percaya dengan ucapan Pak Ribu.
“Pak Ribu bercanda kan?” tanya Bubu.
“Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?”
Semua buku menggeleng.
“Bagaimana mungkin anak serajin Zizi tidak bisa membaca?” tanya Kiki.
“Salah satu alasan mengapa taman baca ini ada adalah karena Zizi tidak bisa membaca,” ucap Pak Ribu dengan wajah sendu.
“Ceritakan pada kami tentang itu, Pak Ribu.”
“Baiklah. Jadi, aku pernah mendengar mama Zizi berkata pada suaminya bahwa Zizi menderita disleksia.”
“Apa itu Pak Ribu? Sejenis penyakit berbahaya kah?” tanya Buga khawatir.
“Tidak, disleksia itu adalah gangguan kesulitan dalam membaca dan menyebutkan huruf. Namun, bukan berarti Zizi anak yang tidak pintar, ya. Dia pintar, hanya kesulitan saja membedakan huruf, menyebutkan, dan merangkai huruf menjadi bacaan.”
“Kasihan Zizi. Apakah disleksia itu bisa disembuhkan?” Bujer si buku sejarah yang sedari tadi diam akhirnya ikut bertanya.
Pak Ribu menggeleng.
“Disleksia itu tidak bisa disembuhkan, tapi bisa diatasi. Itulah mengapa mama Zizi membuat taman bacaan ini. Dia berharap dengan adanya taman bacaan ini banyak anak-anak yang datang ke sini untuk membaca dan membuat Zizi jadi makin semangat untuk belajar membaca. Mama Zizi juga selalu melatih Zizi membaca dengan mengeja huruf dan melafalkannya dengan baik. Tidak hanya itu, setiap hari mama Zizi selalu memilih salah satu buku di antara kalian untuk dibacakan pada Zizi.”
“Luar biasa ternyata perjuangan mama Zizi agar Zizi bisa baca, ya Pak Ribu.
Pak Ribu tersenyum dan mengangguk.
“Kalau begitu kita harus semangat menemani Zizi hingga dia pandai membaca,” ucap Bubu dengan penuh semangat.
Para buku menyambutnya dengan penuh semangat pula. Para buku dan Pak ribu si lemari yang ada di Taman Baca berjanji akan menemani Zizi hingga berhasil membaca. Para buku juga berharap akan mendapat teman buku-buku baru agar taman baca semakin terkenal dan semakin ramai dikunjungi anak-anak sehingga Zizi juga makin semangat belajar membacanya.
*** tamat***