Belut Terbang
Oleh: [Fitriyani]
18/8/2025
Sejak matahari baru membuka satu mata, Dino sudah berdiri di pinggir lapangan. Rumputnya masih basah, tapi semangat Dino lebih panas dari air teh pagi buatan umak. "Tenang Fa," kata Dino pada Afa yang membawa ember biru kesayangannya, "Lomba tangkap belut kali ini biasa saja. Belutnya baik-baik, nggak galak. Aku dulu pernah menang tiga kali tanpa tercebur ke lumpur loh." Ucap Dino dengan bangga.
Afa tersenyum, lalu menepuk-nepuk ikat kepala bertuliskan MERDEKA seolah sedang memberi hormat pada dirinya sendiri.
Angin tiba-tiba datanf dari arah barat. Whoooosh! bau amis menyelinap masuk ke hidung Dino seperti maling yang tak diundang. "Ah, itu cuma bau dari warung Mak yam yang sedang merebus pindang," kata Dino sambil pura-pura batuk.
Tapi Afa malah menunjuk ke pinggir panggung.
"Sandal-sandal itu kenapa basah... dan berjejer rapi begitu?" bisiknya.
Dino menelan ludah. Sandal-sandal itu seperti habis dipakai makhluk tak terlihat yang baru pulang dari sungai.
"Haiii anak-anak! Semua pesertaaaaaa siap-siap!" suara kakak panitia membelah langit.
Ember-ember besar berisi belut diletakkan di tengah lapangan. Belut-belutnya melirik seolah ingin berkata, "Silahkan tangkap kami... kalau berani."
Dino menepuk bahu Afa. "Tenang, Belut sawah di desa kita ramah, kalau difot mereka suka senyum kok,"
Peluit ditiup. Priiiiiiiiiit
Anak-anak bergerak cepat seperti ninja.
Tapi.... belut-belut itu bukannya meluncur ke lumpur. Mereka malah terbang ke udara,berputar seperti kipas angin sekolah, lalu menempel ke dahi para peserta.
Dan.... salah satu belut kuning menempel ke jidat Afa sambil mengeong.
Suara tawa teriakan dan tangisan bercampur. Lapangan mendadak mirip pasar malam yang kebakaran.
"Ini.... ini cuma gara-gara semangat 17 san!" teriak Dino sambil berlari duluan ke balik pohon mangga.
Beberapa saat kemudian semuanya lenyap. Belut-belut menghilang ke balik semak.
Afa mendekat pelan.
"Aku ingat sesuatu, Dino." Bisiknya
"Apa?"
"Desa kita... nggak pernah punya lomba tangkap belut."
Dino baru hendak menjawab, seketika....
"Woooiii Dino! Bangun! Kenapa kamu bisa tidur di lapangan? Afa mengibasi Dino, yang ketiduran dibawah pohon mangga dekat lapangan.
Dino terbelalak. Lapangan sudah penuh dengan anak-anak sedang menunggu giliran Lomba makan kerupuk.
"Hah? Jadi... nggak ada lomba tangkap belut?"
"Mana ada. Jangan kebanyakan baca komik fiksi, ya!"
Afa pergi, meninggalkan Dino yang masih memegang ember kosong yang entah sejak kapan ada di dekatnya.
Dino tersenyum kecil, sambil mengucek mata dan mengusap ilernya dengan ujung baju.
Mungkin tahun depan lomba tangkap belut benar-benar ada di desa ini. Dan lombanya tidak di adakan saat siang hari, jadi jam tidur siang Dino tidak tersita.
Selamat Hari Kemerdekaan!
— Tamat —