Alkisah di negeri Flora, Sang Raja tengah membuka lowongan kerja sebagai tukang kebun istana. Pekerjaan itu sangat penting di negeri Flora. Semua orang muda berlomba-lomba melamar pekerjaan itu, termasuk Konka, yang sehari-hari bekerja sebagai koki sebuah warung makan kecil.
Sang Raja memberi syarat bagi yang ingin melamar untuk merawat tanaman tregqnia sampai tanaman itu berbunga. Tregania adalah tanaman yang merupakan simbol istana yang hanya bisa tumbuh di negeri Flora.
Warung tempat Konka bekerja berada di tepi jalan menuju istana. Konka bisa melihat puluhan orang telah mengambil tanaman itu. Hari demi hari, satu per satu, mereka mengembalikan tregania yang telah berbunga. Setiap ada yang mengembalikannya, Konka hanya bisa mendesah, karena tanaman treganianya tak kunjung berbunga. Padahal, ia telah mengikuti seluruh petunjuk penanaman. Walau begitu, Konka tetap tekun merawatnya.
Heri berganti hari, waktu merawat sudah habis. Semua pelamar telah mengembalikan tanaman tregania yang telah berbunga, kecuali Konka. Dia belum berhasil.
Konka pun pasrah, dia sudah tak terlalu menginginkan pekerjaan itu lagi. Akan tetapi, dia sudah terbiasa merawat tanaman itu. Ia juga menikmati setiap helai daun baru yang tumbuh. Jadi, Konka memutuskan untuk tetap memeliharanya walau tak mungkin menjadi tukang kebun istana.
Keesokan harinya, pengawal istana mendatangi warung Konka. Konka gemetar. Ia takut dihukum karena gagal merawat tanaman tregania. Para pengawal itu membawa Konka ke istana.
Tak disangka, ternyata raja malah meminta Konka untuk menjadi tukang kebun. Ini karena para pengawal telah mengamati ketekunan Konka dalam merawat tregania, bahkan, walau tak kunjung berbunga.
Konka sangat terharu dan berjanji akan mengerjakan tugasnya sepenuh hati. Bersamaan dengan diserahkannya tongkat penjaga kebun istana, tumbuhlah kuncup bunga tregania di jendela warung Konka.