Nikita mengamati kartu pos yang pemandangan pantai yang indah. Kartu pos itu kiriman dari sepupunya Alexa dari Australia. Kerinduan Niki memuncak. Selama ini, ia punya tempat idaman. Bukan Singapura, bukan pula New York. Tempat impiannya adalah Pulau Christmas di Australia.
“Pulau Christmas, aku pasti akan datang!”
Impiannya sebentar lagi terwujud. Liburan ini, ia akan berkunjung ke rumah Alexa di Australia! Bertahun-tahun, Nikita menabung di bank dan akhirnya tahun ini ia berhasil membeli tiket dibantu Papa. Ia akan bertemu sepupunya Alexa dan menjelajahi Pulau Christmas!
Ya, sepupunya Alexa lahir dan besar di Australia. Papa Alexa bersaudara dengan Papa Nikita. Sedangkan Mama Alexa, Aunty Jane berasal dari Sidney. Tak heran, wajah Alexa seperti bule bermata biru jernih dan berambut pirang. Untungnya, Alexa fasih berbahasa Indonesia dan tentu saja Bahasa Inggris.
Alexa yang sering menceritakan keseruan tinggal di Pulau Christmas dan membuatnya memimpikan untuk berkunjung ke sana. Apa yang membuat Niki tertarik datang ke sana? Ya, pantai di sana memang indah dan seru untuk snorkeling.
Tapi, yang membuat Niki rela naik pesawat puluhan jam dari Jakarta karena ia ingin menyaksikan sendiri migrasi kepiting merah yang diceritakan Alexa dalam surelnya. Alexa bahkan pernah menunjukkan migrasi itu melalui video call. Menakjubkan!
Ya, Niki bercita-cita menjadi seorang peneliti. Dan ia tertarik sekali ketika putra Pakde Raswo itu mengiriminya email berisi serba-serbi kepiting merah atau Gecarcoidea natalis di Pulau Christmas. Setiap tahun, ada migrasi kepiting merah di Pulau Christmas. Biasanya, dimulai bulan Oktober hingga Desember setiap tahun.
Jadi, jutaan ekor kepiting merah yang ada di situ akan berbondong-bondong menuju pantai. Di sana, mereka akan kawin di hutan bakau atau di liang tepi pantai.
“Biasanya, kepiting jantan berbaris di depan. Sedangkan yang betina mengikuti, NIk.” cerita Alexa antusias. “Seru sekali melihat mereka berbaris!”
“Aah, aku tak sabar ingin melihatnya!” Nikita meloncat-loncat memeluk sepupunya. Bulan ini, ia bisa menyaksikan langsung imigrasi mereka bukan hanya lewat video call! Hore!
“Kamu bakal takjub, Niki! Mereka mengagumkan!” kata Aunty Janet, tertawa.
“Tiap tahun, Pemerintah kota ini sampai menutup jalan raya lho agar para kepiting lewat dengan aman. Bahkan, mereka juga membuat jembatan khusus! Jalanan akan tertutup hamparan kepiting merah kayak karpet dan kita bisa menontonnya dari dalam rumah atau restoran!”
Wow, Nikita tak sabar lagi!
Bulan Oktober tiba. Berhari-hari Nikita dan Alexa menanti, melongok jalanan depan rumah. Tapi, tak ada penampakan kepiting merah satu pun di jalan! Ke mana kepiting merah itu? Mereka tak mungkin tersesat, kan? Nikita menatap nanar jalan raya dari balkon rumah sepupunya itu. Ia terduduk lesu.
“Kok tidak ada, ya?” tanyanya gelisah.
Alexa meringis. “Maaf ya Niki. Ada kabar buruk untukmu. “ ia mengulurkan koran pagi pada anak perempuan berkacamata itu.
Nikita menerima koran itu, lalu membaca headline surat kabar lokal Pulau Christmas keras-keras, Cuaca Kering Ekstrem Kepiting Merah Tunda Imigrasi.
“Apa?” bisiknya, ingin menangis.
“Maaf ya, NIkita. Tahun ini, daerah kami dilanda kekeringan ekstrim hingga kepiting merah pun tak tampak. Sejak tahun 1800-an, ini pertama kalinya terjadinya. Benar-benar krisis iklim telah terjadi,” jelas Pakde Raswo menepuk kepala Niki.
Niki mengangguk sedih. “Ternyata, belum waktunya kita bertemu, sobatku kepiting merah. Semoga kalian baik-baik saja di manapun kalian berada!”