RINDU YANG DIJAGA DIAM - DIAM
Oleh: [Aliffia Citra Putri Ramadhini]
21/8/2025
Sudah seminggu Luna menjalani hari-hari sebagai anak kos. Kota besar ini benar-benar sibuk, penuh gedung tinggi dan orang-orang yang berjalan terburu-buru. Kadang ia merasa kecil, kadang juga kuat.
Malam itu, setelah pulang kerja, tubuhnya terasa lelah sekali. Ia rebahan, memandang plafon, dan tanpa sadar menghela napas panjang.
Ponselnya bergetar. Pesan dari Arga.
“Lagi capek, ya?”
Luna terkejut. Bagaimana bisa Arga tahu? Seakan ia sedang berada di sampingnya.
“Iya, banget. Rasanya pengen pulang aja.” balas Luna.
Butuh beberapa detik sebelum balasan masuk.
“Kalau pulang sekarang, siapa yang bakal wujudin mimpi kamu? Kuat sebentar lagi, ya. Aku yakin kamu bisa.”
Air mata Luna langsung jatuh tanpa sadar. Ia nggak pernah cerita terlalu banyak soal perasaannya, tapi Arga selalu paham.
Malam itu, mereka berbincang lebih lama. Arga bercerita tentang masa-masa awal kuliahnya, gimana ia juga sering ngerasa kesepian di kota orang. “Tapi percayalah,” katanya, “seiring waktu, kamu bakal nemuin rumah baru di sini. Entah itu tempat, suasana, atau… orang.”
Luna terdiam. Hatinya hangat.
Keesokan harinya, di depan kos, ada sebuah kantong kecil berisi makanan. Post-it kuning menempel di atasnya:
“Jangan lupa sarapan. Semangat kerja, penulis hebat.”
Luna tersenyum. Jantungnya berdebar, bukan hanya karena perutnya yang akhirnya kenyang, tapi karena ia mulai sadar… mungkin, di balik kesibukan kota, ada satu sosok yang perlahan-lahan jadi rumah baginya.
– TAMAT –