Hari itu matahari terasa hangat, embun pagi menerpa wajah kecil Aruna, perempuan ceria yang selalu riang gembira saat Bapak mengantarnya untuk pergi ke sekolah dengan menggunakan motor kesayangan mereka.
Setiap pagi, mereka menyusuri gang-gang kecil, hal ini menjadi petualangan seru bagi Aruna karena dapat melihat tawa penjual bubur bersama pembelinya tidak lupa juga gerobak ikoniknya yang disertai dengan speaker kecil, ada kucing yang sedang menjilati bulunya, dan Bapak selalu bercerita tentang pengalamannya saat muda dulu. Aruna yang duduk didepan motor senang mendengarkan cerita Bapak.
Namun, suatu hari hujan turun dengan lebatnya. Aruna yang saat itu bengong dan menatap keluar arah jendela tidak sengaja melihat temannya tiba di sekolah dengan mobil. Tiba tiba saja Ia merasa iri, "Kenapa aku tidak diantar pakai mobil saja ya?" gumam Aruna dalam hati.
Jam menunjukkan jam 12 siang, bel telah berbunyi dan waktunya pulang sekolah, Aruna keluar dari kelas dan menunggu Bapak jemput, tidak lama kemudian Bapak datang namun wajah Aruna masih cemberut, Aruna langsung berkata kepada bapak, "Bapak, besok Aruna mau diantar pakai mobil ya!"
Bapak terkejut, tetapi dengan tenang menjawab, "Nak, Bapak belum punya mobil, tapi..." Bapak menjeda kata-katanya dan tersenyum, "Bagaimana kalau setelah makan siang nanti, kita coba naik 'mobil' bareng keliling kota?"
Aruna yang mendengar itu langsung berbinar matanya, sedikit penasaran namun mengangguk setuju. Setelah mereka sampai rumah dan makan siang, Bapak mengajak Aruna pergi ke depan gang. Bapak memberhentikan sebuah mobil yang lewat "Nah, ini dia 'mobil' spesial kita!" Kata Bapak sambil menggandeng tangan Aruna untuk masuk dan duduk dibagian depan samping Om Supir, yang ternyata mobil tersebut adalah angkot.
Aruna sedikit bingung. "Ini bukan mobil seperti punya teman Aruna" Gumamnya pelan.
"Memang beda," Bapak yang mendengar gumaman Aruna langsung menjawab lembut, "Tapi 'mobil' ini bisa membawa banyak orang lho, nggak cuman itu saja, kita juga bisa melihat pemandangan kota sekitar."
Awalnya, Aruna senang melihat jalanan dari jendela angkot yang tinggi. Ia melambai pada orang-orang dan tertawa saat angkot bergoyang sedikit. Namun, lama kelamaan, perut Aruna terasa aneh dan kepalanya mulai pusing. Jalanan yang berliku membuat Aruna merasa tidak nyaman.
"Bapak, Aruna pusing," keluh Aruna sambil memegang keningnya, kini wajahnya terlihat pucat.
Bapak yang paham langsung menyuruh Aruna berbaring dilengannya dan meminta Om Supir mengantarkan mereka kembali ke depan gang rumah. Sesampainya di rumah mereka disambut oleh Mamak, Aruna pun beristirahat dengan dibantu Mamak dan Bapak.
Tak terasa hari mulai gelap, waktunya Mamak untuk menyiapkan makan malam, Aruna yang mencium aroma wangi pun terbangun dan Ia langsung bangkit untuk mencari asal wangi itu, ternyata ada Mamak yang saat ini sedang mempersiapkan hidangan dimeja makan, Mamak bertanya sambil tersenyum, "Bagaimana tadi naik 'mobil' spesialnya?"
Aruna menjawab dengan wajah sedikit meringis, "Rasanya tidak enak, Mak. Perut Aruna jadi mual dan pusing juga."
Bapak menghampiri Aruna dan bertanya dengan nada bercanda, "Jadi gimana, besok Aruna mau diantar ke sekolah naik apa?"
Tanpa ragu, Aruna langsung menjawab sambil menggelengkan kepala, "Besok Aruna mau naik motor sama Bapak saja! Lebih seru, cepat, dan tidak bikin pusing!"
Bapak langsung tertawa mendengar jawaban Aruna dan Mamak tersenyum lega.
-- Selesai --